Kerajaan Demak dan Mataram Islam

Kerajaan Demak dan Mataram Islam

Pendahuluan
Kata “Islam” memiliki beberapa pengertian. Satu di antaranya adalah berasal dari katasalm yang berarti damai. Islam adalah agama yang muncul pada abad ke -6 M di tanah jazirah Arab. Islam yang datang ke Nusantara tidak dating dari negeri Arab. Namun, Islam yang ada di Nusantara justru pertama kali datang dari para pedagang Gujarat, India.


Demak
Kesultanan Demak atau lengkapnya Kesultanan Demak Bintara adalah kesultanan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478. Kesultanan ini sebelumnya merupakan keadipatian (kadipaten) vasal dari kerajaan Majapahit, dan tercatat menjadi pelopor penyebaran agama Islam di Pulau Jawa dan Indonesia pada umumnya. Berikut ini riwayat rajanya:

Raden Patah (1500-1518 M)
Raden Patah ialah seorang putra Brawijaya dari ibunya putri Cina.Ketika Raden Patah masih dalam kandungan, ibunya oleh Brawijaya dititipkan kepada gubernur di Palembang.Menurut babat tanah jawa Raden Patah adalah anak Brawijaya yang terakhir.Menurut Kronik Cina dari kuil Sam Po Kong, nama panggilan waktu Raden Patah masih muda adalah Jin Bun, putra Kung-ta-bu-mi (alias Bhre Kertabhumi) atau disebut juga prabu Brawijaya V dari selir Cina.
Dalam memimpin Kerajaan Demak Raden Patah menunjukan berbagai keberhasilan yang dapat dicapai seperti:
Keberhasilan Raden Patah dalam perluasan dan pertahanan kerajaan dapat dilihat ketika ia menaklukkan Girindra Wardhana yang merebut tahkta Majapahit (1478), hingga dapat menggambil alih kekuasaan Majapahit.Selain itu, Raden Patah juga mengadakan perlawan terhadap portugis (1511), yang telah menduduki Malaka dan ingin mengganggu Demak.Dengan mengirim pasukannya yang dipimpin oleh Pati Unus (anak Raden Patah).Dalam bidang dakwah islam dan pengembangannya, Raden patah mencoba menerapkan hukum islam dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu, ia juga membangun istana dan mendirikan masjid (1479) yang sampai sekarang terkenal dengan masjid Agung Demak. Pendirian masjid itu dibantu sepenuhnya oleh walisanga.

Pati Unus (Pangeran sebrang Lor) (1518-1521 M)
Pada tahun 1518 Raden Patah wafat kemudian digantikan putranya (sumber Jawa) yaitu Pati Unus.Namun terdapat perbedaan pendapat, antara sumber Portugis (Barat) dengan sumber asli Indonesia atau Jawa.Pati Unus terkenal sebagai panglima perang yang gagah berani dan pernah memimpin perlawanan terhadap Portugis di Malaka.Karena keberaniannya itulah ia mendapatkan julukan Pangeran Sabrang lor. (Soekmono: 1973).

Sultan Trenggono (1521-1546 M)
Raja ketiga dari Kerajaan Demak ini adalah Raden Trenggono, setelah meninggalnya Pangeran Sabrang Lor (Pati Unus) pada 1521.Masa kepemimpinannya ditandai dengan berbagai peristiwa yang mengantarkan kerajaan ini ke masa kejayaannya.Wilayah-wilayahnya diperluas ke wilayah barat dan ke wilayah timur.Masjid Demak diperbaiki sebagai lambang kekuatan Islam.

Penaklukan yang terakhir dilakukan adalah di Blambangan, yang berada di ujung Jawa Timur. Namun akhirnya Blambangan menyerah kepada Demak, dan Demak akhirnya kehilangan Sultan Trenggono yang meninggal.Gugurnya Sultan Trenggono ini merupakan akhir dari usaha ekspansi Demak ke wilayah bekas bawahan Majapahit.

Sunan Prawoto (1546-1549)
Menurut berbagai babad, Sunan Prawoto lah yang naik tahta, karena dianggap paling berhak.Ia pun didukung oleh masyarakat yang menganggap Masjid Demak yang suci sebagai pusat kerajaan.
Masa pemerintahannya cukup pendek, dari 1546-1549.Juga merupakan antiklimaks dari masa kejayaan yang sudah dicapai sebelumnya.Ia dan keluarganya dibunuh oleh Arya Panangsang, yang membalas dendam atas pembunuhan ayahnya, Pangeran Sekar Seda ing Lepen (meninggal di tepi sungai).

Mataram Islam

Penguasa terbesar kerajaan Mataram Islam adalah Sultan Agung. Ia pernah menyerang VOC ke Batavia pada 1628 dan 1629. Kedua serangannya gagal karena kecerdikan VOC. Setelah pemerintahannya, Mataram Islam dipenuhi perang saudara. Kongsi dagang VOC memanfaatkan situasi keraton atau istana yang kompromi dan mencari dukungan dari Belanda.
Periode yang menarik untuk dikupas adalah Perang Diponogoro yang terjadi pada tahun 1825-1830. Belanda menyebut perang tersebut Perang Jawa. Masyarakat Indonesia yang duduk di bangku sekolah memahami Perang Diponogoro terjadi karena Kolonial Belanda membuat jalan yang melalui tanah leluhurnya di Tegalreja, Yogyakarta. Pengetahuan umum tersebut sebenarnya sangat menyesatkan. Pembangunan jalan tersebut memang terjadi. Namun, peristiwa tidak hanya terjadi karena faktor tunggal. Pembangunan jalan itu hanyalah sebab khusus yang memicu terjadinya perang. Dalam buku Peter Carey dicatat korban Perang Diponogoro, yaitu dari pihak masyarakat Jawa sekitar 200.000 orang. Rasanya hampir mustahil ratusan ribu masyarakat Jawa mau berkorban nyawa hanya demi kepentingan pribadi Diponogoro—putera selir dari Sultan Hamengku Buwono III. Berikut ini penjelasan lengkap sebab umum Perang Diponogoro:
1.Perjajian Giyanti 1755
Perjanjian ini membagi Mataram Islam menjadi dua kerajaan, yaitu Yogyakarta (Kasultanan) dan Surakarta (Kasunanan). Hal ini sangat memukul wibawa keraton atau istana.

2.Kebijakan Daendels pada Juli 1808
Ia memberikan kedudukan wakil-wakil bangsa Belanda yang dirasa menyinggung wibawa para raja dan bangsawan Yogyakarta. Para residen Belanda memakai gelar “menteri” yang sederajat dengan penguasa bangsa Jawa. Lau, Daendels juga menuntut kedaulatan atas tanah-tanah milik raja dan bangsawan Jawa. Masyarakat juga terbebani monopoli Belanda atas penenbangan kayu jati.

3.Pemberontakan Raden Rangga Prawiradirja November 1810
Pemberontakan yang dipimpin Raden Rangga akhirnya ditumpas Daendels. Raden Rangga tewas dalam pertempura. Namun, pemberontakan itu membangkitkan dukungan luas di kalangan masyrakat yang mennatikan masa depan yang lebih baik dan makmur.

4.Sultan dipaksa menyerahkan jabatannya 30 Desember 1810
Setelah pemberontakan Raaden Rangga gagal, Sultan dipaksa menyerahkan jabatannya kepada anak laki-lakinya. Sekali lagi, wibawa raja Jawa dihina oleh Belanda.

5.Gubernur Jenderal Raffles menyerang dan menjarah istana Yogyakarata pada April 1812
Raffles bahkan membuat perjajian yang disahkan pada 1 Agustus 1812 untuk merampas berbagai daerah mancanegara Kasultanan, yaitu daerah Kedu yang sangat kaya. Pasar-pasar diambil alih Inggris. Orang-orang Jawa bahkan diadili dengan hukum Inggris. Lengkaplah sudah kebencian istana dan juga masyarakat luas.

Pelajaran dari Diponogoro
Perang Diponogoro menjadi perang besar yang cukup menyulitkan Kolonial Belanda. Perang ini melibatkan banyak orang karena perang ini menjadi perang suci yang mengaitkan keyakinan agama Islam.Diponogoro ternyata juga berniat mendirikan negara Islam emilihat kondisi sosial-politik yang mengalami kemerosotan.Pangeran Diponogoro adalah tokoh tragis yang teguh menghadapi kepahitan dan penghinaan dalam hubungannya dengan penjajah. Ia diperdaya Belanda sehingga dibuang ke Menado. Akhirnya, sepertiga hidupnya dijalaninya dalam pembuangan.

Jika kalian ingin mendownload file Kerajaan Demak dan Mataram Islam, maka silakan klik link di bawah ini :

Kerajaan Demak dan Mataram Islam (Word)

Kerajaan Demak dan Mataram Islam (PDF)

Sumber:
https://dinanurfadhilah.wordpress.com/2014/06/26/kerajaan-demak/

Peter Carey, Asal-Usul Perang Jawa, Pemberontakan Sepoy & Lukisan Raden Saleh. Yogyakarata: LKiS, 2001.

Kredits untuk Guru Sejarah SMA saya, Pak Pagar

Website Pak Pagar : http://www.kompasiana.com/pagar_sianipar

Comments

Popular Posts